Berita Liputan 1 - Pada Selasa (21/5/2019) lalu, KPU RI telah mengumumkan hasil Pemilu 2019. Pengumuman tersebut lebih cepat disampaikan oleh KPU karena memang proses rekapitulasi telah usai, lebih cepat dari waktu yang sudah direncanakan.
Kendati demikian imbas kebih cepatnya KPU dalam mengumumkan hasil pemilu ternyata dibarengi oleh cepatnya massa oposisi berdatangan di Jakarta. Mereka datang lebih cepat untuk melakukan protes ke KPU dan Bawaslu.
Mereka berkumpul di perempatan Sarinah sejak Selasa sore hari (21/5/2019) hingga malam hari. Area sekitar Thamrin pun telah dilakukan pengamanan super ketat yang melibatkan personel Brimob.
Hingga malam hari tiba, sejumlah massa masih saja terlihat berada di lokasi. Padahal sesuai peraturan, aksi unjuk rasa atau menyampaikan pendapat di muka umum hanya bisa dilakukan hingga pukul 18.00.
Bentrokan pun terjadi antara para perusuh dengan polisi. Tindakan provokasi seperti saling lempar batu, petasan, hingga tembakan gas air mata tak terhindarkan.
Kejar-kejaran juga terjadi dari Sarinah hingga ke Pasar Tanah Abang. Beberapa fasilitas publik rusak, asrama kepolisian porak-poranda, bahkan korban jiwa melayang.
Kondisi kerusuhan, ternyata tidak hanya berdampak pada infrastruktur dan sosial masyarakat saja. Tapi juga berdampak pada sektor ekonomi. Berikut beberapa sektor ekonomi yang terkena dampak akibat kerusuhan tersebut:
1. Banyak Toko-Toko di Tanah Abang Tutup.
Bentrokan yang terjadi tanggal 22 Mei ternyata juga berdampak pada aktivitas pertokoan di Pasar Tanah Abang. Akses jalan yang masih ditutup membuat para pedagang tidak bisa menuju ke sana.
Selain itu, kaca-kaca di beberapa blok pasar juga mengalami kerusakan. Akhirnya pada tanggal 22 Mei para pedagang memutuskan untuk tidak ada yang berjualan.
PD Pasar Jaya menyebut kerusuhan tersebut membuat 14.000 pedagang terdampak. Selain itu, karena tidak beroperasi, otomatis perputaran uang di sana juga terhenti, yang membuat kerugian mencapai sekitar Rp 200 miliaran.
Tidak cuma pasar Tanah Abang, toko-toko di sekitaran Sudirman-Thamrin juga tutup seharian.
Contohnya seperti restoran cepat saji yang berada di kawasan Sarinah, jika biasanya mereka buka hingga 24 jam, tapi karena ada kekacauan itu, mereka terpaksa menutupnya demi keselamatan karyawan, toko, dan pengunjung.
Otomatis keputusan untuk menutup gerai membuat mereka merugi besar.
2. Industri Pariwisata dan Perhotelan Lesu.
Kerusuhan yang terjadi pada 21 dan 22 Mei 2019 membuat bisnis hotel lesu. Jumlah pengunjung dan pemasukkan per harinya berkurang.
Hal ini dialami oleh hotel-hotel yang berada di dekat lokasi kerusuhan di sekitar Thamrin, Sudirman. Banyak wisatawan maupun turis yang gak berani untuk menginap di lokasi tersebut.
Selain itu beberapa negara juga telah mengeluarkan travel advice atau peringatan kewaspadaan bagi warganya yang berada atau hendak berkunjung ke Indonesia.
Negara tersebut di antaranya ada Australia, Inggris, Kanada, AS, serta negara ASEAN seperti Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Peringatan bagi turis ini tentu bisa berdampak pada pendapatan devisa negara. Padahal, pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa terbesar di Indonesia setelah industri sawit.
3. Sakitnya Rupiah
Beberapa tahun belakangan, kondisi nilai tukar rupiah mengalami pelemahan. Penyebabnya adalah kondisi pasar global serta ancaman perang dagang antara AS dan China yang berdampak ke negara-negara berkembang.
Namun, dengan adanya kekacauan di Jakarta ini, membuat rupiah semakin melemah. Bahkan nilai tukarnya terhadap dolar telah melewati angka Rp 14.500.
Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani seperti dikutip di Kompas, pelemahan rupiah bisa terjadi akibat kondisi keamanan.
Namun ia menilai hal ini tidak akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di beberapa kuartal ke depan.
4. Munculnya Banyak Korban.
Bentrokan antara massa perusuh dan aparat keamanan yang terjadi pada 21 dan 22 Mei 2019 menimbulkan beberapa korban tewas dan luka-luka.
Disebutkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bahwa korban meninggal dunia mencapai 6 orang, sementara 200 orang lebih mengalami luka-luka.
Mereka dirawat di beberapa rumah sakit di pusat kota seperti di RS Tarakan, RSCM, RS Pelni, RS Budi Kemuliaan, dan RS Angkatan Laut Mintoharjo.
5. Terbakarnya Fasilitas Kepolisian.
Skuat Brimob berhasil memukul mundur para perusuh dari area Bawaslu di Sarinah, menuju ke Pasar Tanah Abang, hingga ke Jalan KS Tubun, Jakarta Barat. Meski bergerak mundur, namun tindakan saling serang masih terjadi. Massa melempar petasan dan batu sedangkan polisi menembakkan gas air mata dengan harapan massa perusuh membubarkan diri.
Massa yang mulai beringas dan tak mau menyerah kemudian menyasar Asrama Brimob sebagai sasaran amukan. Asrama dilempari batu hingga kaca pecah, kendaraan polisi yang terparkir di sana juga dirusak dan dibakar.
Tidak cuma itu saja, kerusuhan terus berlanjut hingga 22 Mei 2019. Gerakan pun mulai melebar ke beberapa area di Jakarta, salah satunya di Slipi. Di sana, bus dan mobil polisi kembali menjadi sasaran amukan perusuh.
Setidaknya ada enam kendaraan polisi rusak berat di dekat fly over Slipi, di antaranya dua bus rusak dibakar, tiga bus dan satu buah mobil operasional rusak akibat dilempari batu. []
Sumber : Akurat.co
Komentar
Posting Komentar